VAKSIN

VAKSINASI DAN IMUNISASI

Banyak orang sering menganggap vaksinasi dan imunisasi sebagai hal yang sama. Padahal sebenarnya vaksinasi dan imunisasi memiliki makna yang berbeda. Perbedaan vaksinasi dan imunisasi sering diabaikan karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), vaksinasi adalah kegiatan memasukkan vaksin (disuntikkan atau diteteskan) ke dalam tubuh seseorang untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Sementara itu, imunisasi adalah suatu proses ketika seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu melalui vaksinasi.

Imunisasi aktif dan imunisasi pasif

Imunisasi terdiri atas dua jenis, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Pada imunisasi aktif, tubuh secara aktif menghasilkan antibodi sebagai bentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit setelah mendapatkan vaksinasi. Imunisasi aktif merupakan respons imun yang dibentuk ketika mendapatkan vaksinasi.

Sedangkan imunisasi pasif adalah pemberian antibodi dari seseorang yang sudah kebal terhadap penyakit kepada seseorang yang belum kebal. Situasi ini dapat terjadi secara alami, misalnya pemberian antibodi dari tubuh ibu hamil kepada janin dalam kandungannya. Namun, proses imunisasi pasif juga dapat terjadi secara buatan, misalnya dalam bentuk penyuntikkan imunoglobulin. Jadi pada imunisasi pasif, seseorang tidak membentuk kekebalan tubuh secara aktif, tapi mendapatkannya dari yang sudah terbentuk. 

Imunisasi aktif membutuhkan waktu untuk membentuk kekebalan tubuh. Namun pada imunisasi pasif, kekebalan tubuh bisa langsung didapatkan. Selain itu, pada imunisasi aktif, kekebalan dihasilkan tubuh sendiri, sementara kekebalan pada imunisasi pasif tidak berasal dari tubuh sendiri. Secara umum, imunisasi aktif juga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan imunisasi pasif.

VAKSIN adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami. Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).

Vaksin mengandung antigen bakteri, virus, toksin atau komponennya yang dengan kemajuan teknologi sudah dikendalikan. Vaksin mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan penyakit, namun antigen yang ada di dalam vaksin tersebut sudah dikendalikan (dilemahkan), maka pemberian vaksin tidak menyebabkan orang menderita penyakit seperti jika orang tersebut terpapar dengan antigen yang sama secara alamiah.

VAKSINASI adalah kegiatan pemberian vaksin kepada seseorang atau hewan dimana vaksin tersebut berisi satu atau lebih antigen yang tujuannya adalah apabila nanti orang atau hewan tersebut terpapar dengan antigen yang sama, maka sistem imunitas yang terbentuk akan menetralisir atau menghancurkan antigen tersebut.

JENIS-JENIS VAKSIN

1. Killed vaccine adalah vaksin yang berasal dari mikroorganisme (virus atau bakteri) yang telah dimatikan baik dengan menggunakan zat-zat kimia atau dengan panas. Contoh vaksin jenis ini adalah Polio dan Hepatitis-A.

2. Attenuated vaccine adalah vaksin yang mengandung mikroorganisme hidup. Mikroorganisme ini adalah mikroorganisme yang dikembangbiakkan setelah sifat virulensinya dihilangkan. Vaksin ini memberikan respon imun yang lebih panjang. Contoh vaksin ini adalah MMR (measles, mumps dan rubella)

3. Toxoid adalah senyawa toxic/racun yang diinaktifkan dimana racun ini dapat menyebabkan sakit. Contoh dari toxid vaccine adalah tetanus dan difteri.

4. Subunit vaccine berbeda dengan vaksin inaktif atau atenuasi yang mengandung seluruh komponen dari mikroorganisme, subunit vaccine ini hanya mengandung sejumlah fragmen dari mikroorganisme itu dan fragmen ini sudah cukup untuk memberikan respon imun. Contohnya adalah vaksin Hepatitis B yang hanya mengandung protein permukaan dari virus dan HPV (Human Papiloma Virus) yang mengandung kapsid utama dari virus.

5. Conjugate vaccine adalah vaksin yang menggabungkan polisakarida lapisan terluar dari bakteri dengan protein lainnya (misal:toxin). Penggabungan (konyugasi) ini ditujukan untuk memperkuat sifat imunogenitas dari polisakarida. Contoh vaksin ini adalah vaksin Haemophilus influenzae type B.

6. Valence vaccine. Vaksin dapat berupa monovalen atau polivalen. Vaksin monovalen didisain untuk imunisasi melawan satu antigen atau satu mikroorganisme. Vaksin multivalen adalah vaksin yang dirancang untuk melawan dua atau lebih antigen dari mikroorganisme yang sama atau mikroorganisme yang berbeda. Dalam beberapa kasus, vaksin monovalen lebih disukai untuk memberikan respon imun yang kuat.

7. Experimental. Beberapa inovasi vaksin yang sedang dikembangkan adalah:

a. Vektor rekombinan, dengan mengkombinasikan fisiologi dari mikroorganisme dan DNA dari lainnya, imunitas bisa didapat dari penyakit yang memiliki proses infeksi yang kompleks.
b. Vaksin DNA, dibuat dari segmen DNA yang infeksius. Cara kerjanya yaitu dengan memasukkan DNA virus atau bakteri ke dalam sel manusia atau hewan. Beberapa sel yang mengenali DNA tersebut akan mengekspresikannya menjadi protein, sehingga sistem imun akah meresponnya.
c. T-cell Receptor (TCR) peptida. Peptida ini diketahui untuk memodulasi produksi sitokin dan meningkatkan mediasi imunitas sel.
d. Inhibitor mikrobial. Mentargetkan protein bakteri yang diidentifikasi yang tergabung dalam komplen inhibisi dapat menetralkan mekanisme virulensi dari bakteri. Sehingga komplemen ini dapat disebut pula sebagai vaksin.

Vaksin berisikan komponen-komponen tertentu untuk dapat berfungsi meningkatkan respon imun sekaligus menghasilkan kekebalan buatan. Di dalam satu botol vaksin berisi zat yang menyebabkan terbentuknya kekebalan tubuh, zat yang berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh, serta zat-zat yang mampu mengawetkan substansi tersebut diatas. Secara umum isinya adalah:

  • Agen penginfeksi. Substansi ini adalah suatu mikroorganisme atau virus yang telah dilemahkan, atau bagian dari mikroorganisme/virus, yang akan “dikenalkan” pada sistem imun.
  • Agen peningkat sistem imun (adjuvan);
  • Agen pengawet (aditif, preservatif, buffer, surfaktan)
VAKSIN UNTUK ANAK

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, disebutkan bahwa ada 5 jenis imunisasi wajib yang harus diperoleh seorang anak. Lima jenis imunisasi wajib ini diberikan sesuai usia anak dan jadwal yang telah ditetapkan, serta tentunya berdasarkan pertimbangan dokter. Kelima jenis imunisasi tersebut adalah:

1. Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bertujuan untuk mencegah penyakit hepatitis B, yaitu infeksi hati yang dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati. Jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B.
Vaksin tersebut diberikan pada bayi sebanyak 4 kali. Pemberian pertama dilakukan segera setelah bayi lahir atau paling lambat 12 jam setelah kelahiran. Lalu, vaksin kembali diberikan secara berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

2. Imunisasi polio
Polio adalah penyakit menular akibat infeksi virus yang menyerang sistem saraf di otak dan saraf tulang belakang. Pada kasus yang parah, polio dapat menyebabkan sesak napas, meningitis, kelumpuhan, hingga kematian.
Di Indonesia, jenis vaksin polio yang umumnya digunakan adalah vaksin polio tetes (oral), namun vaksin polio juga ada yang tersedia dalam bentuk suntikan.
Vaksin polio tetes diberikan 4 kali, yaitu saat bayi baru lahir atau paling lambat saat usianya 1 bulan. Selanjutnya, vaksin diberikan secara berturut-turut di usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Sementara, vaksin polio suntik diberikan 1 kali, yaitu pada usia 4 bulan.

3. Imunisasi BCG
Imunisasi ini bertujuan untuk melindungi tubuh dari kuman penyebab penyakit tuberkulosis atau TB. TB adalah penyakit menular berbahaya yang dapat menyerang saluran pernapasan, tulang, otot, kulit, kelenjar getah bening, otak, saluran cerna, dan ginjal.
Imunisasi BCG termasuk dalam daftar imunisasi wajib di Indonesia, karena Indonesia masih memiliki angka kasus TB yang tinggi. Imunisasi BCG hanya dilakukan 1 kali dan diberikan pada bayi di usia 2 atau 3 bulan. Imunisasi BCG diberikan melalui suntikan pada kulit bayi.

4. Imunisasi campak
Imunisasi campak diberikan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia, diare, dan radang otak (ensefalitis). Imunisasi campak diberikan sebanyak 3 kali, yaitu saat anak berusia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun.
Jika anak diberikan vaksin MR/MMR di usia 15 bulan, maka pemberian imunisasi campak ulang di usia 18 bulan tidak diperlukan. Hal ini karena vaksin MR atau MMR tersebut sudah mengandung vaksin campak.

5. Imunisasi DPT-HB-HiB
Imunisasi DPT-HB-HiB dapat memberikan perlindungan dan pencegahan terhadap 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak).
Imunisasi wajib ini diberikan sebanyak 4 kali dengan jadwal pemberian berturut-turut pada bayi di usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis pemberian terakhir ketika usia anak 18 bulan.

Imunisasi Tambahan yang Perlu Diberikan pada Anak
Selain kelima imunisasi wajib diatas, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menganjurkan para orang tua agar setiap anaknya mendapatkan imunisasi tambahan, yaitu:
  • Vaksin MR/MMR, untuk mencegah penyakit campak, rubela, dan gondongan.
  • Vaksin pneumokokus (PCV), untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus yang menyebabkan pneumonia, radang telinga, dan meningitis.
  • Vaksin rotavirus, untuk melindungi anak dari gastroenteritis penyebab diare.
  • Vaksin hepatitis A dan tifoid, untuk menurunkan risiko penyakit hepatitis A dan demam tifoid pada anak.
  • Vaksin varisela, untuk mencegah infeksi virus varicella-zoster penyebab penyakit cacar air.
  • Vaksin influenza, untuk memberikan perlindungan terhadap ISPA akibat flu.
  • Vaksin HPV (Human Papillomavirus), sebagai pencegahan terhadap kanker serviks.
  • Vaksin Japanese encephalitis (JE), untuk mencegah infeksi virus Japanese encephalitis yang menyebabkan penyakit radang otak.
VAKSIN yang diberikan pada TERNAK

Vaksinasi yang dilakukan pada ternak besar umumnya hanya terhadap beberapa penyakit strategis saja, seperti: Brucellosis, Anthrax, Septicaemia Epizootica (SE), Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Bovine Viral Diarrhea (BVD), dan Jembrana.
  • Penyakit Brucellosis pada sapi, pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi dengan vaksin strain-19 (B. abortus S19) atau strain RB-51 saatsapi berumur 4-10 minggu.
  • Penyakit Anthrax yang disebabkan Bacillus anthracis bersifat zoonosis sehingga pencegahan melalui vaksinasi dengan vaksin hidup strain Sterne yang dilakukan pada daerah endemic anthrax perlu dilakukan.
  • Penyakit SE atau dikenal juga sebagai ‘penyakit ngorok’ dapat dicegah menggunakan vaksin inaktif atau bakterin.
  • Penyakit IBR yang disebabkan oleh virus BHV-1 (bovine herpes virus) dapat dicegah dengan vaksin hidup atau vaksin inaktif BHV-1.
  • Penyakit BVD yang disebabkan oleh virus dapat dicegah dengan menggunakan vaksin hidup 
  • Penyakit Jembrana, diberikan vaksin massal untuk semua populasi sapi yang beresiko terkena penyakit pada daerah endemis Jembrana.
VAKSIN HEWAN PELIHARAAN

Vaksin tidak hanya untuk manusia tetapi juga ada untuk hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.
Kucing perlu mendapat vaksin pada rentang usia 3-12 bulan untuk mencegah penyakit:
  • Feline Panleukopenia Virus. Feline panleukopenia atau feline distemper merupakan penyakit yang penularannya tinggi dan mematikan bagi banyak kucing.
  • Feline Calicivirus/ Herpesvirus. Feline calicivirus dan feline herpesvirus (rhinotracheitis) menyebabkan penyakit ISPA pada 80-90% kucing.
  • Chlamydia. Bakteri ini menyebabkan radang selaput mata (konjungtivitis) pada kucing dan acapkali menjadi infeksi sekunder pada penyakit ISPA akibat virus.
  • Rabies Virus. Rabies merupakan penyakit yang bersifat zoonosis, artinya bisa menular dari hewan ke manusia.
Vaksin anjing diberikan untuk mengatasi 7 penyakit dan diberikan dalam 3 tahap. Vaksin anjing diberikan untuk mencegah penyakit:
  • Parvovirus. Canine parvovirus dapat menyebabkan anoreksia, dehidrasi akut, depresi, muntah dan diare berdarah. Kejadian infeksi pada umur anjing 2-3 bulan bersifat fatal.
  • Canine Distemper. Sama seperti Parvovirus, penyakit distemper mudah terjangkit pada anak anjing usia dibawah 3 bulan. Penyebarannya melalui udara dan kontak dengan droplet dahak atau discharge hidung hewan yang terinfeksi. Gejala dari penyakit ini berupa hilangnya nafsu makan, demam, muntah, diare, batuk, gangguan pernafasan, dehidrasi, keratosis pada cuping hidung, dan dapat disertai pustul-pustul di bagian bawah perut. Strain virus distemper ada yang bisa menyerang syaraf dan menyebabkan kerusakan syaraf permanen.
  • Infectious Canine Hepatitis/ Hepatitis Contagiosa Canis. Virus ini dapat menginfeksi hati, disebabkan oleh Canine Adenovirus Tipe 2. Gejala nya berupa gangguan pernafasan, anoreksia, demam, muntah, kekuningan, dan dapat menimbulkan penimbunan cairan di rongga perut (ascites) akibat kerusakan hati.
  • Canine Parainfluenza. Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, yang menyerang saluran pernafasan atas dan dapat menimbulkan gejala bersin-bersin dan ingusan.
  • Kennel Cough. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa batuk kering maupun berdahak yang sangat mengganggu.
  • Leptospirosis. Leptospirosis bersifat zoonosis yaitu dapat menular ke manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui urin tikus ataupun kecoa. Anjing yang meminum air yang terkontaminasi oleh bakteri ini dapat mengalami infeksi dengan gejala demam tinggi, muntah, dan kekuningan di tubuh. Bakteri ini dapat menyerang hati dan ginjal.
  • Rabies. Virus Rabies dapat juga ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing, maupun hewan lain seperti kera dan kucing yang positif terinfeksi. Virus ini menyerang sistem syarat pusat dan sangat mematikan.


Sumber Bacaan:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi.

No comments: