Akhir-akhir ini
perhatian dunia kedokteran terhadap oksidan makin meningkat. Perhatian ini
terutama ditimbulkan oleh kesadaran bahwa oksidan dapat menimbulkan kerusakan
sel, dan menjadi penyebab atau mendasari berbagai keadaan patologik seperti
penyakit kardiovaskuler, penyakit respiratorik, gangguan sistem tanggap kebal,
karsinogenesis, bahkan dicurigai ikut berperan dalam proses penuaan (aging). Sebagian mekanisme kerusakan
oleh oksidan telah diketahui, tetapi sebagian lagi karena rumitnya proses
–proses yang terkait, masih belum sepenuhnya jelas.
Oksidan dapat
mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan komponen-komponen sel
yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel, baik komponen struktural
(misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun komponen-komponen fungsional
(misalnya enzim-enzim dan DNA). Oksidan yang dapat merusak sel berasal dari
berbagai sumber, yaitu :
- yang berasal dari tubuh sendiri, yaitu senyawa-senyawa yang sebenarnya berasal dari proses-proses biologik normal (fisiologis), namun oleh suatu sebab terdapat dalam jumlah besar
- yang berasal dari proses-proses peradangan.
- yang berasal dari luar tubuh, seperti misalnya obat-obatan dan senyawa pencemar (polutant)
- yang berasal dari akibat radiasi
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free radicals) sering dibaurkan karena
keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip. Aktivitas kedua jenis senyawa ini
sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya berbeda. Sebagai contoh
perhatikan dampak H2O2 (hidrogen peroksida) dan radikal
bebas ·OH (radikal hidroksil) terhadap glutation (GSH) :
a. H2O2 :
GSH + H2O2 -----> GSSG + 2H2O
b.·OH :
GSH + ·OH ------> H2O + GS· (radikal glutation)
GS· + GS· ------> GSSG
Walaupun
ada kemiripan dalam sifat-sifatnya namun dipandang dari sudut ilmu kimia,
keduanya harus dibedakan. Oksidan,
dalam pengertian ilmu kimia, adalah senyawa penerima elektron, (electron
acceptor), yaitu senyawa-senyawa yang dapat menarik elektron. Ion ferri (Fe+++),
misalnya, adalah suatu oksidan :
Fe+++ +
e- -------> Fe++
Sebaliknya, dalam pengertian
ilmu kimia, radikal bebas adalah
atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron yang tak berpasangan (unpaired electron). Sebagai contoh marilah
kita perhatikan molekul air (H2O). Ikatan atom oksigen dengan
hidrogen merupakan ikatan kovalen, yaitu ikatan kimia yang timbul karena
sepasang elektron dimiliki bersama (share)
oleh dua atom.
Bila
terdapat sumber energi yang cukup besar, misalnya radiasi, molekul air dapat mengalami
pembelahan homolitik (homolytical
cleavage). Atom H ( ·H) memiliki elektron yang tak berpasangan
sehingga dapat pula dianggap sebagai radikal.. Molekul air dapat pula mengalami
pembelahan jenis lain, yaitu pembelahan heterolitik (heterolytical cleavage). Dalam
hal ini, yang terbentuk bukanlah radikal tetapi ion-ion, sehingga proses tersebut
dinamakan ionisasi. Untuk ionisasi molekul air tak diperlukan masukan energi
yang besar, sehingga dalam keadaan “biasa” air mengalami ionisasi. Elektron
yang tak berpasangan cenderung untuk membentuk pasangan, dan ini terjadi dengan
menarik elektron dari senyawa lain sehingga terbentuk radikal
bar.
Dari contoh diatas jelaslah bahwa radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu :
1. Reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron.
2.
Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada
kecenderungannya untuk menarik elektron.Jadi sama halnya dengan oksidan,
radikal bebas adalah penerima elektron. Itulah sebabnya dalam kepustakaan
kedokteran, radikal bebas digolongkan dalam oksidan. Namun perlu diingat bahwa
radikal bebas adalah oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas.
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding dengan oksidan yang bukan radikal.
Hal ini disebabkan oleh kedua sifat radikal bebas diatas, yaitu reaktifitas
yang tinggi dan kecenderungannya membentuk radikal baru, yang pada gilirannya
apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru lagi, sehingga
terjadilah rantai reaksi (chain reaction)
Reaksi rantai tersebut baru berhenti apabila radikal bebas tersebut dapat
diredam (quenched). Contohnya ialah
reaksi radikal hidroksil dengan glutation yang telah dibahas diatas.. Reaksi
akan berhenti karena dua radikal glutation (GS·) akan bereaksi membentuk glutation teroksidasi
(GSSG). Seluruh reaksi radikal bebas dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga) tahap,
yaitu :
- tahap inisiasi
- tahap propagasi
- tahap terminasi
Daya perusak radikal
bebas dengan demikian jauh lebih besar dibandingkan dengan oksidan biasa.
Karena reaktifitasnya yang tinggi, radikal bebas tak stabil dan berumur sangat
pendek sehingga sulit dideteksi kecuali dengan metoda-metoda khusus seperti pengukuran EPR (Electron Paramagnetic Resonance). Walaupun reaktifitas
radikal bebas pada umumnya cukup tinggi sehingga berumur pendek, namun ada
beberapa jenis radikal bebas yang relatif stabil. Salah satu contoh adalah
radikal bebas vitamin E. Berkat struktur molekulnya yang memungkinkan
terjadinya resonansi, radikal vitamin E tak perlu reaktif, sehingga dapat
berfungsi sebagai peredam (quencer).
Senyawa Oksigen Reaktif
Oksidan yang terlibat dalam
berbagai proses patologis sebagian besar
justru berasal dari proses-proses biologis alami. Dan melibatkan apa
yang disebut sebagai senyawa oksigen
reaktif (reactive oxygen compounds ). Sebagian diantaranya berbentuk radikal
seperti radikal hidroksil (·OH), radikal peroksil (·OOH), dan ion superoksida (O2-·). Sebagian yang lain bukan radikal, seperti singlet
oksigen (‘O2), hidrogen peroksida (H2O2) dan ion hipoklorit (ClO-)
Senyawa oksigen reaktif,
sesuai dengan namanya, berasal dari oksigen (O2), senyawa yang
diperlukan oleh semua organisma airobik termasuk manusia.
Organisma aerobik memerlukan
oksigen untuk menghasilkan ATP, suatu senyawa yang merupakan sumber enrgi bagi
kebanyakan mahluk hidup, melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi di mitokondria. Proses tersebut
secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
NADH + H+ + O2 -----> NAD+ + H2O +
energi
ADP +
P + energi ------> ATP
Pada proses tersebut terjadi
reduksi O2 menjadi H2O yang secara sederhana dapat ditulis
sebagai berikut :
O2 + 4H+ + 4
e- -----> H2O
Reduksi Oksigen
Dalam buku teks kimia
lama, struktur elektron molekul oksigen (O2) ditulis sebagai berikut
: · · · ·
O
: : O atau `O = `O
· · · ·
Menurut struktur
tersebut semua elektron dalam molekul oksigen berpasangan, sehingga O2 seharusnya tidak reaktif.
Namun, dalam kenyataannya oksigen cukup
reaktif (besi berkarat dalam udara
terbuka karena pembentukan FeO). Karena itu para ahli kimia mulai meragukan apakah struktur elektron tersebut benar.
Kemudian ditemukan bahwa struktur elektron oksigen yang tepat adalah sebagai
berikut :
.. ..
· O : O· atau · `O -`O ·
Berdasar struktur
tersebut, O2 adalah suatu di-radikal karena memiliki dua elektron
yang tak berpasangan.. Sebagai di-radikal, oksigen mestinya sangat reaktif,
lebih reaktif dibanding dengan radikal hidroksil yang hanya memiliki satu
elektron yang tak berpasangan.
Lalu mengapa oksigen tak
sereaktif radikal hidroksil ? Jawabnya terletak pada putaran (spin ) elektron yang tak berpasangan
tersebut. Keduanya terletak pada orbital yang berbeda dan menunjukkan angka
kuantum putaran (spin quantum number)
yang sama. Dikatakan bahwa kedua elektron tersebut memiliki putaran sejajar(parallel spin). Untuk membentuk ikatan
kovalen diperlukan dua elektron yang
harus terletak pada satu orbital dan dengan putaran yang berlawanan (anti parallel ). Kendala ini menyebabkan
oksigen hanya dapat menerima elektron dalam
tahapan-tahapan, yang masing-masing berupa pengalihan satu elektron (one electron transfer). Reduksi oksigen
memerlukan pengalihan 4 (empat) elektron. Pengalihan ini tak dapat terjadi
sekaligus, tetapi dalam 4 tahapan yang setiap tahap hanya melibatkan pengalihan
satu elektron . Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal, yaitu :
- kurang reaktifnya oksigen
- terjadinya senyawa-senyawa oksigen reaktif seperti O-2· (ion superoksida), H2O2 (hidrogen peroksida), ·OOH (radikal peroksil), dan ·OH (radikal hidroksil)
Dari
reaksi-reaksi diatas dapat terlihat
bahwa ion superoksida, radikal peroksil, hidrogen perolsida, dan radikal
hidroksil terjadi karena pengalihan elektron yang kurang sempurna pada saat
terjadi reduksi oksigen.
Molekul oksigen
dapat berubah menjadi sangat reaktif bila kedua elektron tunggalnya disatukan
dalam satu orbital dengan putaran yang berlawanan. Denganperpindahan ini
satu orbital menjadi kosong dan mudah
diisi oleh sepasang elektron dengan putaran yang berlawanan. Keadaan seperti
ini terdapat dalam bentuk molekul oksigen khusus yang disebut singlet
oksigen dengan rumus sebagai berikut :
_ _
รบO-O
Singlet oksigen dapat terjadi pada
keadaan-keadaan khusus
Dampak Negatif Senyawa Oksigen Reaktif
Senyawa-senyawa
oksigen reaktif semuanya merupakan oksidan yang kuat, walaupun derajad
kekuatannya berbeda-beda. Dampak negatif tersebut timbul karena
reaktifitasnya sehingga dapat merusak
komponen-komponen sel yang penting untuk
mempertahankan integritas dan kehidupan sel.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab pendahuluan, aktifitas oksidan
dapat menjadi penyebab atau mendasari berbagai keadaan patologis. Dampak
aktifitas oksidan dapat sangat luas, dan sering mekanisma molekulernya masih
belum terkuak secara jelas.
Diantara
senyawa-senyawa oksigen reaktif, radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktifitasnya sangat tinggi. Oleh karena itu, sebagai contoh akan kita
bahas dampak negatif radikal hidroksil.
Radikal hidroksil dapat
merusak tiga jenis senyawa yang penting untuk mempertahankan integritas sel,
yaitu :
1. asam lemak,
khususnya asam lemak tak jenuhyang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran sel.
2.
DNA, yang merupakan perangkat
genetik sel.
Protein yang memegang
berbagai peran penting seperti enzim, reseptor, antibodi dan pembentuk
matriks serta sitoskeleton.Dampak Negatif Terhadap Membran Sel
Komponen terpenting membran sel adalah fosfolipid,
glikolipid dan kolesterol. Dua komponen pertama mengandung asam lemak tak
jenuh. Justru asam lemak tak jenuh ini
(asam-asam linoleat, linolenat dan arakidonat) sangat rawan terhadap
serangan-serangan radikal, terutama radikal hidroksil. Radikal hidroksil dapat
menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama peroksidasi lipid
LH +
·OH -----> ·L + H2O
Asam lemak.
Radikal
lipid
·L +
O2 -------> LOO·
Radikal peroksilipid
LOO· + RH --------> ·L + LOOH
dan seterusnya.
Akibat akhir dari rantai reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksis terhadap sel, antara lain berbagai macam aldehida, seperti malondialdehida, 9-hidroksi-nonenal serta bermacam-macam hidrokarbon seperti etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Dapat pula terjadi ikatan silang (cross-linking) antara dua rantai asam lemak atau antara asam lemak dan rantai peptida (protein) yang timbul karena reaksi dua radikal :
R1· + R2 · -----> R1-R2
Semuanya itu menyebabkan kerusakan kerusakan parah membran sel sehingga membahayakan kehidupan sel.
Dampak Negatif Terhadap DNA
Radikal bebas dapat menimbulkan berbagai perubahan pada DNA
yang antara lain .berupa : hidroksilasi basa timin dan sitosin, pembukaan inti
purin dan pirimidin serta terputusnya rantai fosfodiester DNA
Bila kerusakan tak
terlalu parah, maka masih bisa
diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA (DNA
repair system ). Namun apabila kerusakan terlalu parah, misalnya rantai DNA
terputus-putus diberbagai tempat, maka kerusakan tersebut tak dapat diperbaiki
dan replikasi sel akan terganggu.. Susahnya, perbaikan DNA ini sering justru
menimbulkan mutasi, karena dalam memperbaiki DNA tersebut sistem perbaikan DNA
cenderung membuat kesalahan (error prone
), dan apabila mutasi ini mengenai gen-gen tertentu yang disebut onkogen, maka
mutasi tersebut dapat menimbulkan kanker.Dampak Negatif Terhadap Proptein
Oksidan dapat merusak protein
karena dapat mengadakan reaksi dengan asam-asam amino yang menyusun protein
tersebut. Diantara asm-asam amino penyusun protein yang paling rawan adalah sistein. Sistein mengandung
gugusan sulfidril (SH) dan justru gugusan inilah yang paling peka terhadap
serangan radikal bebas seperti radikal hidroksil :
RSH + ·OH ----> RS· + H2O
RS· +
RS· -----> R-S-S-R
Pembentukan ikatan
disulfida (-S-S-) menimbulkan ikatan intra atau antar molekul protein tersebut
kehilangan fungsi biologisnya (misalnya enzim kehilangan aktivitasnya).Pertahanan Terhadap Oksidan: Antioksidan
Senyawa-senyawa oksigen reaktif terjadi akibat proses-proses biologis normal, namun apabila aktifitas senyawa-senyawa tersebut tak diredam, maka oksigen pembawa kehidupan organisma aerobik akan berbalik menjadi racun yang mematikan, dan organisma aerobik sudah lama punah, mdari muka bumi. Dalam kenyataannya organisma aerobik tetap berjaya, dan saat ini merupakan organisma yang dominan di muka bumi ini, termasuk manusia. Organisma aerobik dapat bertahan karena alam menyediakan sarana untuk meredam dampak negatif oksidan, yaitu senyawa-senyawa anti-oksidan
Dalam pengertian kimia, senyawa-senyawa anti-oksidan adalah senyawa-senyawa pemberi elektron (electron donors). Namun dalam arti biologis, pengertian anti-oksidan lebih luas, yaitu merupakan senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-protein pengikat logam.Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi.
Dalam meredam dampak negatif oksidan diterapkan strategi dua lapis, yaitu :
1. mencegah terhimpunnya senyawa-senyawa oksidan secara berlebihan.
2. Mencegah reaksi rantai berlanjut.
Berdasarkan dua mekanisma pencegahan dampak negatif oksidan tersebut, antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
- anti-oksidan pencegah
- anti-oksidan pemutus rantai (chain-breaking anti-oxidants)
Antioksidan Pencegah
Pada dasarnya tujuan anti-oksidan jenis ini adalah adalah mencegah
terjadinya radikal hidroksil, yaitu radikal yang paling berbahaya..
untuk membentuk
radikal hidroksil diperlukan tiga komponen, yaitu : logam transisi Fe atau Cu,
H2O2 dan O2·- Agar reaksi Fenton tak terjadi, maka harus
dicegah keberadaan ion Fe++ atau Cu + bebas. Untuk itu berperan beberapa protein penting, yaitu :
- untuk Fe : transferin atau feritin
-
untuk Cu : seruloplasmin atau albumin
Penimbunan
O2·-
dicegah oleh enzim superoksida dismutase
(SOD) yang mengkatalisis reaksi
dismutasi O2·- :
2 O2·- + 2 H+ ----> H2O2 + O2
Penimbunan
H2O2 dicegah melalui aktifitas dua jenis enzim, yaitu :
a.
katalase, yang mengkatalisis
reaksi dismutasi H2O2 :
2 H2O2 ----> 2 H2O + O2
b.
peroksidase, yang mengkatalisis
reaksi sebagai berikut :
R + H2O2 -----> RO
+ H2O
Diantara berbagai
peroksidase, yang paling penting adalah glutation peroksidase (GSPx), yang
mengkatalisis reaksi :
2 GSH + H2O2 -----> GSSG
+ 2 H2O
Apabila radikal
hidroksil masih saja terbentuk, masih ada sarana lain untuk meredamnya, tanpa
memberi kesempatan untuk memulai reaksi rantai dengan melibatkan
senyawa-senyawa yang mengandung gugusan
sulfidril seperti glutation dan sistein :
Glutation (GSH) :
GSH + ·OH -----> GS· + H2O
2 GS· ------> GSSG
Sistein (Cys-SH) :
Cys-SH + ·OH ------> Cys-S· + H2O
2 Cys· ------> Cys-S-S-Cys
sistin
Dalam kelompok anti-oksidan ini termasuk vitamin E (tokoferol), asam askorbat (vitamin C), b-karoten, dan dua senyawa yang juga berperan sebagai anti-oksidan pencegah rantai reaksi, yaitu glutation dan sistein.
Vitamin E dan b-karoten bersifat lipofilik, sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid. Sebaliknya, vitamin C, glutation dan sistein bersifat hidrofilik, dan berperan dalam sitosol..
Vitamin E sebenarnya terdiri dari empat senyawa, yaitu : alfa, beta, gamma dan delta tokoferol. Karena keberadaannya dalam membran, vitamin E dapat bereaksi dengan radikal lipid (L· ) dan radikal peroksilipid (LOO·)
Toc-H + L· -----> Toc· + LH
Toc H + LOO· -----> Toc· + LOOH
Radikal vitamin E (Toc·) tak terlalu reaktif karena terjadinya resonansi. Meskipun demikian, radikal vitamin E perlu juga dihilangkan. Untuk ini ada tiga cara, yaitu a. radikal vitamin E mengalami reaksi-reaksi intramolekul menghasilkan senyawa-senyawa non-radikal
b. setelah bergeser kearah permukaan molekul, radikal vitamin E bereaksi dengan
vitamin C (Asc-H) dan menghasilkan radikal vitamin C (Asc·) :
Toc· + Asc-H2 ------> Toc-H + Asc·- + H+
Radikal vitamin C kemudian dihilangkan melalui reaksi dismutasi yang menghasilkan vitamin C dan dihidro-asam ascorbat (DHAA) :
2 Asc· + 2 H+ ------> Asc-H2 + DHAA
c. Radikal vitamin E dapat pula bereaksi dengan glutation atau sistein yang juga terdapat dalam sitosol :
Toc· + GSH (CysSH) -----> Toc-H + GS· (CysS· )
2 GS· (CysS· ) -----> GSSG (CysS-Scys)
Vitamin E hanya dapat berperan bila tekanan oksigen (pO2) tinggi. Pada tekanan oksigen rendah, peranan vitamin E digantikan oleh b-karoten. Seperti halnya radikal vitamin E, radikal b-karoten agak stabil karena adanya resonansi dalam molekulnya.
Kegunaan Antioksidan
Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan. Berbagai kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain pada produk pangan karena oksidasi dapat dihambat oleh ketersediaan antioksidan.
Penggolongan Antioksidan
Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat digolongkan dalam:
1. Antioksidan Sintetik
yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia dan telah diproduksi untuk tujuan komersial
Contoh: Butil hidroksi anisol (BHA), Butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, Tert-butil hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
BHA memiliki kemampuan antioksidan yang baik pada lemak hewan dalam sistem makanan panggang, namun relatif tidak efektif pada minyak tanaman. BHA bersifat larut lemak dan tidak larut dalam air, berbentuk padatan putih dan dijual dalam bentuk tablet atau serpih, bersifat volatil sehingga berguna untuk penambahan ke materi pengemas.
Antioksidan sintetik BHT memiliki sifat serupa BHA dan akan memberikan efek sinergisbila dimanfaatkan bersama BHA. BHT berbentuk kristal padat putih dan dipergunakan secara luas karena relatif murah.
Propil galat mempunyai karakteristik sensitif terhadap panas dan terdekomposisi pada titik cairnya 148 C. Propil galat dapat membentuk komplek warna dengan ion metal sehingga kemampuan antioksidannya rendah. Propil galat berbentuk kristal padat putih, sedikit tidak larut lemak tetapi larut dalam air, serta memberikan efek sinergis dengan BHA dan BHT.
2. Antioksidan Alami
Senyawa antioksidan alami bisa merupakan komponen makanan yang sudah ada atau berasal dari reaksi kimia yang terjadi selama proses pengolahan. Antioksidan alami dapat pula diperoleh dari sumber alami melalui proses ekstraksi dan pemurnian, kemudian ditambahkan sebagai bahan tambahan makanan. Pada tanaman, antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari.
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan polifenolik adalah multifungsional dan dapat bereaksi sebagai i) pereduksi, ii) penangkap radikal bebas, iii) pengkelat logam, dan iv) peredam terbentuknya singlet oksigen.
Metode Analisis Antioksidan
Metode Kualitatif: Uji warna, spektrometri IR, dan DPPH (Diphenyl pycril hidrazil)
Metode Kuantitatif: ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity), iodimetri dan iodometri
No comments:
Post a Comment